Menjenguk Ulama Pantai Selatan Aceh Yang Tersisa
[Opini] | Ilham Mirsal
ACEH SELATAN khususnya, umumnya Aceh dan
umat Islam kembali berduka, kemarin tanggal 16 Juni 2020 Allah menjemput salah
satu kekasihnya ulama karismatik kita Abuya Haji Hamid Laduni Pimpinan Dayah
Darul Wustha Labuhaji Aceh Selatan, sebelumnya baru saja Abon Kota fajar
kembali padanya, yang juga tidak jauh selang waktu wafat Abah Martunis Sawang
dan Ayahanda Rohani kita Al-Mursyid. Abu. Tgk. H. Mhd. Daud Al-Yusufy (Abu
Teupin Gajah).
Banyaknya bintang ilmu yang padam di
wilayah Negeri Pala ini, merupakan duka bagi kita semua, cahaya terang kini
mulai redup dengan hilangnya satu persatu ulama karismatik Aceh. Walau banyak
kader ulama lain mulai bermunculan, tapi kita tau bersama, pasti tidak sama
dengan yang sebelumnya karena kelebihan satu dan lainnya itu berbeda.
Aceh Selatan merupakan produk ulama
karismatik terbaik pada masa Abuya. Syekh. Haji. Muda Waly Al-Khalidy
Darussalam Labuhaji, yang kala itu melahirkan ulama Besar yang tersebar
keseluruh persada Nusantara ini, kini Para Ulama tersebut kembali satu persatu
kehadiratNya, meninggalkan kita bersama beberapa ulama karismatik yang masih
hidup, sebagai tempat rujukan kita bertanya, sebagai lampu penunjuk keselamatan
dunia dan akirat.
Diantara ulama karismatik Aceh asal Aceh Selatan yang masih ada adalah sebagai berikut:
Abuya. H. Mawardi Wali Al-Khalidy
Abuya Mawardia Waly | Source: capture Youtube |
Abuya Mawardi atau KH. Mawardi Waly, MA
Bin Syekh Muda Wali Al-Khalidy (anak Kandung Abuya Muda Waly) beliau adalah
Pimpinan Dayah Darussalam Labuhaji Priode sekarang, sebelunya beliau juga
pernah memimpin dayah tersebut pada Tahun 1985-1995, menggantikan Abu Nasir
Waly kala itu berpulang kerahmatullah.
Beliu juga banyak beraktifitas di Padang
Sumatra Utara, mengisi kajian, ceramah, dan mengajar disana, kini setelah
abangnya KH. Djamaluddin Waly tiada, beliau fokus di Aceh melanjutkan
kepemimpinan Dayah Darussalam
Abuya Mawardi dikenal dengan gaya
kepemimpinannya yang lembut, tidak suka berseberangan, berbicara penuh
kesejukan, terbuka dan menerima siapa saja walau berbeda paham dengannya.
Pendidikan akademik yang sempat ia tempuh sampai pada gelar Magister ini,
menjadi modal besar kepemimpinannya dan bias bergaul dengan berbagai kalangan.
Beliau juga mursyid Tariqat Naqsyabandiyah,
yang sekarang memeimpin sulok dan tawajjuh di Dayah Darussalam Labuhan Haji,
sekaligus kiblat Tarekat Naqsyabandiya di Aceh Pada Umumnya.
Waled. Bakongan
Waled Marhaban Bakongan | Source: istimewa |
Waled Bakongan, yang bernama lengkap
Tgk. Syekh. Marhaban Adnan Bin Abu. Syekh. Adnan Mahmud (Abu Adnan/ Nek Abu)
lahir 24 September 1950, Pimpinan Dayah Raudhatul Muna Ujong Puloe Bakongan
Timur Aceh Selatan.
Beliau seorang ulama karismatik Aceh
yang sangat terkenal, bagi Pemerintah Aceh, beliau adalah repesentatif lama
barat selatan, artinya jika pemerintah meminta petuah pada dua orang Ulama
karismatik Aceh saja, maka disebalah Timur dan tengah pada Abu TU Min Blang
Beladeh, dan untuk Sepantai Barat Selatan adalah pada Waled Bakongan, maka
tidak heran, banyak kita jumpai pendapat beliau dalam berbagai masalah di Aceh.
Bagi sahabat seangkatan waled, beliau sangat dikenal, karana Waled saat Mondok di Dayah MUDI Samalanga adalah seorang Santri yang dikenal dekat dengan almarhum Abu Aziz Samalanga, beliau menjadi Khadim Pribadi Abu Aziz, Waled mendampingi Abu Aziz kemanapun ia pergi, jadi tidak heran jika Waled sangat dikenal oleh setiap kalangan dan beliaupun sangat banyak mengenali tokoh Aceh Kala itu. Antara lain Waled pernah berjumpa langsung dengan Abu Daod Ber’eh Tokoh DI/TII Aceh saat mendamping Abu Aziz Samalanga menyelasaikan komplik Aceh.
Modal perjalan sepritual Waled bakongan
mendaping Abu Aziz Samalanga menjadikan ia dapat bergaul dengan berbagai
kalangan, dan dapat memberi petuah/ menyelesaikan masalah atas setiap masalah
yang terjadi di Aceh, beliau salah satu ulama yang terlibat dalam Proses
Perdamaian Aceh, dan juga sering menjadi perwakilan ulama Aceh untuk menghadap
Presiden Megawati dan SBY dalam upaya menyelesaikan masalah Aceh.
Perjalanan karirnya yang begitu
cemerlang, sudah mengantarkan Waled menjelajahi dunia, banyak Negara yang sudah
ia kunjungi, sampai ke Negeri Eropa, Timur Tengan dan Asia Tenggara. Waled juga
dikenal sebagai sosok pemersatu antar kalangan, beliau menjadi fasilitator
antar lembaga, sosok yang memfasilitasi antar Ulama dan Umara, Ulama dan
Pemerintah, ulama dayah dan akademisi, bagi beliau tidak ada alasan kenapa kita
harus berseberangan hanya karna latar belakang yang berbeda, dan Waled mengajak
semua elemen bersatu memikirkan nasib Bangsa dan Agama.
Waled tidak hanya mengajar dan berdakwah
dikalangan Dayah, tapi beliu juga mengisi kajian pada Akademik Kampus, seperti
beliau mengasuh pengajian kusus Dosen dan Kariawan Abuyatama Aceh, dan berbagai
Kampus lainnya di Aceh, dan Nama beliaupun banyak terselib di berbagai Kampus
sebagai dewan penasehat bahkan ikut sebagai dewan Pendiri Universitas.
Abati Syekh. Baizawi Adnan
Abati Syekh Baizawi Adnan Bakongan | Source: Facebook |
Abati Syekh. H. Baizawi Adnan adalah
abang kandung Waled Bakongan, baliau Merupakan anak Almarhum Abu. Adnan Mahmud
(Nek Abu Bakongan), yang Kini melanjut Kepemimpinnan Dayah Ashabul Yamin
Bakongan Aceh Selatan peninggalan Ayahnya. Beliau regenerasi kedua yang
memimpin Dayah Tersebut.
Dayah yang ia pimpin sekarang berkembang
pesat, baik fisik maupun jumlah Satri yang makin hari makin bertambah
jumlahnya, dayah ini sekarang diakui oleh semua pihak baik kuantitas maupun
kuliatasnya, sehingga menjadi pilihan favorit bagi calon santri untuk mondok
disana.
Di bawah kepemimpinan Abati, Dayah
Ashabul Yamin pernah meraih predikat penghargaan Dayah terbersih se Aceh, karna
wajar saja, walau ribuan Sntri mondok disana tapi kita nyaris tidak menjumpai
sampah yang berserakan, sehingga siap saja yang mampir disana memikat hati dan
merasa senang. Ini tidak lain, karna beliau tidak saja mendidik santrinya
dengan teori, tapi sampai pada penerapan praktik, sehingga santri terbiasa
dengan gaya hidup bersih.
Abati adalah sosok yang bersahaja,
tampak sangat sederhana, jarang berpakain dengan pakain kebesaran Ulama,
terutama saat beliau datang menghadiri undangan Umat diluar Pondok, Abati
selalu terlihat sangat bersahaja, dengan Pakaian kemeja “kadang-kadang” lengan
pendek, kain sarung yang pameliar, peci Hitam umumnya orang pakai, disertakan
sorban yang hanya disangkut menumpuk dibahunya. Dan beliau sering membuka
Bungkusan Rokok Pucok “Rokok dari Daun Nipah dan Tembako alami” sebagaimana
kebanyakan orang tua-tua di Aceh.
Sebuah nasehat abati yang mungki layak
kita jadikan motto hidup, beliau berpesan, ‘tujuan Hidup adalah kita kembali
Pada Allah, Jika kita ditakdirkan miskin, maka bagaina caranya dengan miskin
tersebut kita bias takarrub pada-Nnya, dan jika kita di takdirkan hidup kaya,
Bagaimana kaya tersebut bias kita jadikan jalan kembali padanya, kaya itu bias
mendekatkan diri pada Allah, kaya untuk membatu agama Allah” nasehatnya.
Oleh sebab itu Abati dikenal dengan
sosok ulama tasauf dan tawadhu’, beliau jarang menghadiri undangan pemerintah,
tapi bukan berarti anti pemerintah, karna saat Pemerintah datang kepadanya ia
juga menghormati selayaknya tamu lain. Abati hanya fokus mengajar santri dan
umat.
Pasca meninggal beberapa Ulama
Karismatik Aceh, kini Abati sudah mulai menerima udangan Pemerintah, tapi kusus
yang berkaitan dengan agama, dayah dan syariah Islam, karna beliau merasa
bertanggung jawab mendengar dan memberi masukan pada Pemerintah berkaitan
dengan agama Allah, semoga, seterusnya Abati terus bisa memberi masukan untuk
kebijakan Agama di Aceh demi tegaknya syariah di bumoe Aceh yang kita cintai
ini.
Abuya Amran Wali Al-Khalidy
Abuya Amran Waly | Source: istimewa |
Nama Abuya Amran Wali Al-Khalidy tidak
asing lagi bagi kita semua, beliau adalah Putra Abuya Muda Wali Al-Khalidy
Darussalam, yang kini menjadi Pimpinan Dayah Darul Ihsan Pawoh Labuhaji Aceh
Selatan. Beliau dilahirkan pada tanggal 21 Agustus 1947. Pada usia 14 tahun
ayahnya meninggal dunia, tapi semangat menuntut ilmunya sangat luar biasa, dan
kini beliau mendirikan sebuah pesantren yang kemudian dijadikan sebagai pusat
kajian tasauf se-Asia Tenggara, yang kemudian nama majlisnya disebut Majlis
Pengajian Tauhid Tasauf atau lebih dikenal MPTT.
Abuya Amran pernah menjadi anggota DPR
Tk II Aceh Selatan priode 1982-1987, perjalan politiknya yang sukses, namun ia
tidak membuatnya tenggelam dalam lautan dunia, sehingga pada tahun 2004, beliau
mengagas MPTT dengan tujuan mengajak umat pada jalan ubudiyah pada Allah.
Perjalanan spritualnya yang banyak
berhubungan dengan ulama tasauf tempo dulu, seumpama Syekh Aidrus Kampar, dan
pernah hidup sezaman dengan Ayahnya Syekh Muda Wali dan Abuya Labai Sati,
menjadikan ia tokoh tasauf yang terkenal di era sekarang, ajaran dan amalan
rateb siribee menjadi hal yang sangat unik dan menarik yang kemudian di ikuti
oleh ribuan jamaahnya.
Abu. T.H. Armia Ahmad
Abu Armia Ahmad | Source: istimewa |
Abu Armia Ahmad, beliau lebih muda
dibandingkan beberapa ulama yang sudah kita uraikan di atas, namun kiprahnya
tidak kalah penting dalam membina umat. Beliau adalah Ketua MPU Aceh Selatan,
sekaligus pimpinan Dayah Ashabul Khafi Desa Krueng Batu Kluet Utara. Tapi
masyarakat lebih mengenalnya dengan Sebutan Abu Guha. Guha adalah sebuah desa
tempat ia tinggal dan menetap, dimana tidak jauh dari Dayah miliknya ada sebuah
Goa Sarang Waled yang dikembangkan oleh seorang pengusaha. Mungkin filosifis
nama Dayahnya “Ashabul Khaffi” juga tidak terlepas dengan keberadaan goa
tersebut.
Penulis pernah datang ke Dayah Abu
Armia, dan disana kami bisa makan Sarang wallet mentah dengan mudah,
kadang-kadang kami memamasaknya dengan Mie Instan bersama para Santri senior
disana.
Abu Armia dikenal sangat ramah, beliau
selalu datang memenuhi undangan siapa saja, tidak membedakan latar belakan siap
yang mengundangnya, asal beliau sehat dan tidak terbentur waktu beliau selalu
datang, maka tidak heran disetiap kegiatan baliau hadir, yang uniknya banyak
Partai Politik meng-Klaim Abu adalah miliknya, karna beliau selalu hadir dan
dekat dengan para Politisi di wilayahnya. Padahal Abu selalu hadir dipanggung
Partai apa saja jika di undang, bahkan kegiatan umat sekecil apapun beliau
penuhi.
Itulah bebrapa sosok lagi yang menjadi
pelita bagi umat, kususnya Aceh Selatan, semoga Allah Panjangkan Umur para
Ulama kita, Allah beri kesehatan, dan beliau terus dapat membina umat menuju kebahagian
Dunia dan Akirat. Amin ya Rabbal Alamin!
“Maut al-Alim mushibatun la tujbaru wa tsulmatun la tasaddu, wa huwa najmu
thamsun, wa mautu qabilatin aisaru Li min mautu alim” yang artinya,
(meninggalnya ulama adalah musibah yang tak tergantikan, dan sebuah kebocoran
yang tidak bisa ditambal, wafatnya ulama laksana bintang yang padam, meninggal
satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya seorang ulama, HR. Al-Thabrani),”
Penulis Ayah Ilham (Alumni Dayah Pantai
Selatan Aceh)
Email: ayahlilham234@gmail.com
No comments:
Write komentarTinggalkan Komentar!