Abu Daud Teupin
Gajah, Ulama Tasawuf Yang Dikenang Sepanjang Masa | Ulama Kharismatik
Aceh
Almarhum TGK H
MUHAMMAD DAUD AL YUSUFI, yang akrab disapa dengan Abu Dawood di Teupin Gajah atau Abu,
merupakan seorang ulama terkemuka di Aceh Selatan. Abu dilahirkan pada tahun
1936 Masehi tepatnya di desa Krueng Kalee, Kecamatan Pasie Raja, kabupaten Aceh
Selatan, Provinsi Aceh. Beliau adalah pendiri Dayah / Pesantren Madinatud
Diniyah Babussa’adah pada tahun 1984 Masehi. Dayah ini berada di desa Teupin
Gajah, kecamatan Pasie Raja.
Abu merupakan anak ketujuh dari pasangan suami – istri Nyak
Gafi bin Ismail dengan Aisyah binti Abu Kali. Menurut cerita para famili
terdekat Nyak Gafi adalah keturunan ke-1 dari Ismail bin H Yusuf dan beliau
juga dikenal sebagai tokoh pejuang yang syahid pada masa melakukan perlawanan
terhadap Belanda tepatnya lebih kurang
1870 Masehi.
Sebagaimana masa kanak-kanak pendidikan adalah hal utama,
Abu juga sempat menyelesaikan pendidikan formal Sekolah Rakyat (SR) pada tahun
1951. Menurut sumber yang pernah menceritakan masa kehidupan masa kecil Abu,
waktu sekolah beliau keseoklah harus menempuh jalan kaki yang berlumpur dalam
arti katanya jalan rusak, dan setiap harinya beliau harus melewati lebih kurang
sepuluh kilometer. Sekolah Rakyat (SR) yang beliau tempuh kelas 4 sampai dengan
kelas 6 di desa Ladang Tuha mukim Terbangan.
Konon, Setelah menamatkan Sekolah Rakyat (SR) beliau
melanjutkan Pendidikan agama di Dayah
Bustanuddin, di Kuala Ba’ U kecamatan Kluet Utara, masa itu dayah ini
dipimpin oleh Alm Tgk Syech Djailani Musa keinginan belajar ini merupakan
dasar kemauan sendiri dan bimbingan gure (guru) di gampong. Pada tahun 1957
Dayah Bustanuddin ini dipindahkan ke Kota Fajar dan nama dayah ini di ganti
dengan Dayah Darussa’adah, oleh sebab
itupun Abu juga pindah mondok ke tempat baru ini.
Abu bersama putra-putranya (dok. Hasbi S Facebook) |
Kemudian tepatnya pada bulan Agustus 1958 Abu Dawood Di
Teupin Gajah ikut dalam undangan Abuya Syech H Djailani Musa ke Aceh Utara,
tepatnya di Dayah Madinatud Diniyah Babussalam (dayah Abu Tumin) di Blang
Bladeh kabupaten Bireuen (sebelumnya kabupaten Bireuen ini masuk ke Kabupaten
Aceh Utara).
Singkat cerita Abu Di Teupin Gajah dititIpkan oleh Abuya
Djailani pada Abu Tumin. Dayah Madinatud Diniyah Babussalam dipimpin oleh Tgk H
Muhammad Amin Mahmud dari tahun 1957 sampai dengan sekarang masih dibawah
pimpinan Abu Tumin. Beliau merupakan generasi kedua pimpinan dayah, setelah
ayah beliau wafat yaitu yang mulia almarhum Tgk Syech Mahmud.
Tgk H Muhammad Daud al Yusufi, yang notabesnya merupakan
perintis Dayah Madinatud Diniyah Babussa’adah dan beliau merupakan pimpinan
pertama dayah. Semasa hidupnya Abu dengan sosok orang peramah dan murah senyum.
Di umur senja pun beliau sangat aktif menjalani majlis taklim di Aceh Selatan
dan diluar kabupaten sampai beliau wafat pada tanggal 13 Januari 2018 lalu.
Kesibukan dan jadwal Abu sangat padat, dan tanpa mengenal waktu pun beliau
selalu ada untuk kepentingan umat. Dalam satu minggu Abu aktif menjalankan
beberapa majlis taklim tiga diantaranya adalah di Dayah Bustanul huda Rasian
pada siang Jumat, di hari Sabtu siang majlis taklim di Dayah Abu sendiri di
Dayah Babussa’adah Teupin Gajah, sedangkan di hari Minggu beliau mengadakan
majlis taklim di Dayah Bustanussa’adah Silolo. Dan ada beberapa majlis taklim
lagi yang beliau jalankan, baik itu waktu malam maupun siang hari, bahkan Abu
juga memimpin majlis taklim bulanan di Aceh Tenggara.
Mushalla induk dayah Babussa'adah (dok. teungku ubiet facebook) |
Menurut sumber yang telah
di catat, masa itu ada 23 majlis taklim yang
jalani oleh Abu di seluruh Aceh lebih khususnya lagi di dalam kabupaten
Aceh Selatan. Masyaallah, di umur renta Abu sangat perhatian akan pendidikan
umat, sungguh luar biasa, semoga Allah Ta’ala memberikan balasan yang setimpal
kepada sang pendidik ini yaitu yang mulia Abu kita bersama.
Perlu diketahui juga bahwasanya almarhum Tgk H Muhammad Daud
Al Yusufi juga menjalankan dan memimpin jamaah Suluk dan Tawajjuh, tepatnya di
dayah yang Abu pimpn sendiri di dayah Babussa’adah. Para peserta dari jamaah suluk dan tawajjuh ini sudah ratusan
orang yang mengikuti, terlebih dalam bulan puasa. Jamaah ini datang dari dalam
Aceh Selatan dan banyak juga jamaah Suluk ini datang dari luar kabupaten Aceh
Selatan. Setelah Abu tiada, kini Jamaah Suluk dan Tawajjuh dipimpin oleh anak
kedua Abu yakni Tgk H Mukhlis Al Yusufi
akrap di sapa dengan Abu Ngoh, beliau merupakan pimpinan asrama putri Dayah
Maditud Diniyah Nurul Fata yang tidak jauh juga dari dayah induk Dayah
Madinatud Dinyah Babussa’adah.
Abu Dawood Teupin Gajah merupakan salah satu tokoh terkenal
di Aceh, khususnya di Barat Selatan Aceh, Abu ini dikenal dengan keramah –
tamahan dengan siapa saja dan sangat pandai bergaul. Sifat twadhuk Abu
meninggalkan bekas akan seribu bayangan dan kisah bagi siapa saja yang pernah
kenal atau berjumpa dengan Abu.
Dikisahkan akan sifat rendah diri Abu ini, beliau sangat
menghormati orang yang berilmu dan memuliakan gurenya (guru), jangankan guru,
anak dari guru pun beliau hormati yang notabesnya lebih tinggi ilmu Abu, akan
tetapi tetap takzim dengan mereka. Apa lagi dengan mereka orang tua yang lebih
tua dari beliau. Lebih lagi rasa takzim lebih besar yang beliau curahkan kepada
ulama lainnya.
Disisi lain Ayahanda dari ulama muda Aceh yaitu Tgk Tarmizi
Al Yusufi yang akrap disapa Waled Cot Meurak (Pimpinan Dayah LPI Najmul Hidayah
Al Aziziyah Batee Iliek, Samalanga, Bireuen) ini dimasa hidup Abu selalu
mengahadiri hajatan orang, bahkan di umur senja apabila tidak bentrok dengan
jadwal majlis taklim Abu selalu berusaha hadir di undangan hajatan orang.
Pada tahun 2001 Masehi, almarhum Abu juga pernah berkiprah
di pemerintahan, yakni menjabat sebagai Pimpinan Majlis Permusyawatan Ulama
(MPU) Aceh Selatan, selama masa pimpinan Abu MPU Aceh Selatan terbilang sangat
sukses dan beliau memimpin 2 (dua) periode pada 2007.
Masa Abu sakit dan
Wafat
Beberapa bulan sebelum wafat, kondisi Abu saat itu sangan
memprihatinkan, bahkan sempat dirawat beberapa hari di salah satu Puskesmas di
Pasie Raja. Singkat cerita lantaran kondisi Abu kala itu semakin memprihatikan
Abu dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Yuliddina Away Tapaktuan, Aceh
Selatan. Tiada perkembangan yang siknifikan akhirnya para keluarga dekat dan
anak-anak almarhum berinisiatif membawa Abu berobat ke ke salah satu rumah
sakit di Medan, Sumatera Utara dengan diterbangan lewat udara menumpangi
pesawat Susi Air via bandara Teuku Cut Ali Teupin Gajah, Pasie Raja.
Sama seperti halnya di waktu perawatan di Rumah Sakit dr Yuliddin Away, Tapaktuan keadaan kurang membaik, akhirnya keluarga berinisiatif merujuk Abu ke Hospital Tung Shin Kuala Lumpur, Malaysia. Singkat cerita, lebih kurang memakan waktu dua minggu dirawat di rumah sakit tersebut, akhirnya Abu dirujuk ke Hospital KPJ Sentosa Kuala Lumpur, Malaysia.
Di rumah sakit ini waktu itu keadaan Abu Alhamdulillah sudah agak membaik menurut keadaan fisik Abu yang sudah mulai kuat. Akan tetapi tiba-tiba keadaan tesebut Cuma sementara dan Allah berkehendak lain. Tepat pada hari sabtu siang sekira pukul 02.03 waktu Malaysia, pada tanggal 13 Januari 2018 bertepatan dengan 25 Rabi’ual Akhir 1439 Hijriyah Abu meninggalkan kita pada umur 82 tahun dan Abu wafat di ruang ICU rumah sakit tersebut.
Cuplikan video ribuan jamaah takziyah menyambut kedatangan jenazah Abu Teupin Gajah
Setelah Abu wafat sebelum jenazah di terbangkan ke Aceh Selatan, anak-anak Abu sepakat untuk memfardhu kipayahkan Abu dulu di Masjid Jamek Kg Baru Kuala Lumpur. Dimandikan, dikafankan dan di shlatkan di masjid tersebut, langsung di imami shalat jenazah oleh anak ke-2 Abu, yakni Tgk H Mukhlis Al Yusufi.
Paginya di hari Minggu (14/1/2018) jenazah Abu dipulangkan
ke Aceh Selatan, dari Kuala Lumpur via Bandara Kualanamu Medan dan setelah ada
upacara penyambutan di Medan, jenazah Abu langsung di terbangkan ke Aceh
Selatan yang mendarat di bandara Teuku Cut Ali Teupin Gajah dan disambut oleh
ribuan warga disana. Sampai dirumah duka dikomplek dayah Madinatud Diniyah
Babussa’adah, jenazah Abu disambut juga oleh ribuan jamaah takziyah yang telah
menanti dari hari sebelumnya. Jenazah Abu selesai dimakamkan sekira pukul 15.00
WIB. Di komplek dayah di Balee (balai) pribadi Abu dan makam ini berada di
beakang rumah Abu sendiri.
Setiap harinya dari hari pertama sampai hari ketujuh,
ratusan jamaah takziyah berganti datang mendoakan Abu. Mereka datang seluruh
pelosok Aceh dan ada juga pelayat yang datang khusus dari luar Aceh. Abu Tumin
Blang Bladeh dan sejulah ulama lannya dari daerah di Aceh juga datang melayat,
Masyaallah.
Sementara itu berselang sekitar dua bulan kemudian istri Abu
Hj Dian Safnida biti Daud yang akrap disapa Nyak juga wafat jelang waktu
Maghrib di hari Jumat (23/3/2018) di RSUD Yuliddin Away Tapaktuan dan dimakam
pada pagi sabtu (24/3/2018) tepat disamping makam suaminya Tgk H Muhammad Daud
al Yusufi.
Satu persatu san pelita alam telah dipanggil leh sang pencipta dan kini Abu telah tiada, beliau banyak sekali meninggalkan segudang ilmu dan nasihat kepada umat maupun wasiat-wasiat yang bermamfaat. Konon, sebelum Abu wafat, beliau mewantikan kepada seluruh anggota majlis taklim yang Abu jalankan, agar jangan pernah meninggalkan majlis harus tetap aktif walau dikemudian beilau telah tiada. Sebab Abu banyak meninggalkan murid dan anak kandung yang berilmu tinggi sebagai pengganti beliau.
Satu persatu san pelita alam telah dipanggil leh sang pencipta dan kini Abu telah tiada, beliau banyak sekali meninggalkan segudang ilmu dan nasihat kepada umat maupun wasiat-wasiat yang bermamfaat. Konon, sebelum Abu wafat, beliau mewantikan kepada seluruh anggota majlis taklim yang Abu jalankan, agar jangan pernah meninggalkan majlis harus tetap aktif walau dikemudian beilau telah tiada. Sebab Abu banyak meninggalkan murid dan anak kandung yang berilmu tinggi sebagai pengganti beliau.
Perlu diketahui juga, bahwa Abu juga meniggalkan putra
kandung yang rata-rata ketinggian ilmu sudah kategorikan sebagai ulama muda di
Aceh,diantaranya:
Tgk Safrudin al Yusufi juga disapa Abu Cek sebagai anak
tertua beliau pimpnan dayah Minhajussalam, Subulussalam; Ada juga putra kedua
Abu Tgk H Muklis para warga memangginya dengan Abu Ngoh sebagai pimpinan asrama
putri dayah Madinatud Diniyah Nurul Fata dan notabesnya Abu Ngoh juga sebagai
penggati jamaah suluk dan tawajjuh; Di Batee Iliek, Bireuen ada juga putra
ketiga Abu yakni Tgk Tarmizi al Yusufi atau Waled Cok Meurak, pimpinan dayah LPI
Najmul Hidayah Al Aziziyah, Batee Iliek, Samalanga; Sementara itu putra keempat
Abu yan sekarang menjadi pengurus pimpinan dayah Madinatud Diniyah Babussa’adah
Tgk Elli Safridha al Yusufi juga dipanggil Abati; Tak ketinggalan juga ada juga
menantu Abu Tgk Zoel Syahman Amin beliau pimpinan Dayah di Kluet Tengah; dan putra
terakhir Abu Tgk Ismail Al Yusufi.
Cuplikan video Tausiah Waled Marhaban Bakongan di hari ketujuh wafat Abu Teupin Gajah
Semoga kita yang ditinggalkan dapat mengamalkan segala ilmu
yang telah beliau berikan, dan kita doakan semoga Abu dan juga Nyak ditempatkan
disisi mulia dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala, aamiin.
Note: Jika ada kesalahan penulis dalam menulis artikel ini dan ada terdapat kekeliruan tentang nama dan kisah, mohon kirim pesan ke penulis.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete