Wednesday, January 8, 2020

Sejarah Bupaleh, Sebagai Bukti Ada Jejak Ulama dan Habaib Di Kuala Ba'U Aceh Selatan



Bupaleh berasal dari bahasa Arab Bupalatul, tempat berhujah ulama dalam mencari suatu kebenaran berdasarkan Al Quran dan Hadist Nabi. Kegiatan para Ulama di Bupaleh kala itu dilaksanakan mulai tahun 1940.

Dalam versi lain menurut juru kunci Bupaleh atau Penjaga situs Bupaleh 
Habib Habibi Al Mahdaly yang merupakan keturunan Habib Almahdaly di Kuala Ba’u menjelaskan “Bupaleh” itu juga pernah dijadikan benteng pertahanan pejuang Aceh dari serangan penjajah Belanda. Bupaleh ini dibangun pada masa perjuangan Teuku Cut Ali, Teuku Raja Angkasah dan Raja Lelo Kluet.



Situs sejarah Bupaleh ini terletak di desa Pasie Kuala Ba’u, Kecamatan Kluet Utara, Kabupaten Aceh Selatan dan sudah disahkan sebagai cagar budaya Daerah Aceh Selatan.

Awalnya, Bupaleh ini Cuma berbentuk gundukan tanah atau umpamanya seperti bukit kecil. Dalam bangunan Bupaleh ini terdapat sebuah meriam kuno masa Kesultanan Aceh Darussalam, dan menurut Habib Habibi mengatakan “dulunya disini (bupaleh) ada tiga buah meriam, lantaran tidak terurus meriam tersebut hlang tertelan rawa tanah”.

Bangunan situs Bupaleh ini dibangun pada masa konflik Aceh yang diprakasai oleh anggota BKO TNI-POLRI kala itu. Namun, menurut penuturan dari Habib Habibi Al Mahdaly juga menjelaskan bahwa tiang besar berbahan kayu yang ada ditengah bangunan Bupaleh ini memang bangunan dasar sejak dulu dan tiang kayu ini didatangkan dari Desa krueng Kalee,Kecamatan Pasie Raja, Kabupaten Aceh Selatan.



Pada tahun 1888 di kawasan Bupaleh ini juga digunakan sebagai tempat bermusyawarah para ulama keturunan Said yang mengembangkan Agama Islam di Aceh Selatan.

Bahkan menurut Alm Drs H Sayed Mudhahar Ahmad Msi mantan Bupati Aceh Selatan perode 1988-1993. Menyebutkan di lokasi Bupaleh ini adalah tempat pertama sekali Tgk. Syech Muda Wali mengajarkan Al Qur’an (belajar mengaji) kepada anak sulungnya Abuya Syech Djamaludin Wali.

Sebagai informasi tambahan, Habib Habibi Al Mahdaly menjadi juru kunci disitus Bupaleh ini sudah turun menurun sejak dari nenek moyangnya, sebelumnya orang tuanya lah yang bertanggung jawab penuh dalam menjaga Situs sejarah Bupaleh yang ada di Aceh Selatan ini.



Selain situs Bupaleh, ternyata disebelah situs sejarah ini juga ada komplek makam kuno para Said yang berperan dalam rangka menyebarkan Islam di Aceh Selatan serta berjuang untuk mengusir para panjajah kafir Belanda. 

Para Said keturunan Almahdaly ini dulunya didatangkan dari Ulee Kareeng KoetaRaja (Banda Aceh) utusan dari Kesultanan Aceh Darussalam untuk wilayah Selatan tepatnya di Kerajaan Trumon.

Komplek makam Sayed di Kuala Ba'U

Selain makam para said atau Habaib, disini juga terdapat beberapa makam baru orang setempat dan keturunan para Said.

Masih menurut penjelasan dari Habib Habibi , dalam Komplek makam ini dulunya merupakan sebuah pesantren atau dayah yang diberi nama Dayah Bustanuddin Kuala Ba’u. Dibawah Pimpinan Abuya Tgk. Syech Djailani Musa atau lebih akrab disapa dengan Abu Darussa’adah Kota Fajar.



Kemudian pada tahun 1957 Dayah tersebut dipindahkan ke desa Limau Purut Kota Fajar, Kecamatan Kluet Utara, Kabupaten Aceh Selatan. Dayah baru inipun diberi nama Dayah Darussa’adah, para santri kala itu termasuk Alm. Tgk. Muhammad Daud Al Yusufy atau lebih dikenal dengan Abu Dawood di Teupin Gajah juga pindah ke Dayah baru ini.

Selain Bupaleh dan makam kuno yang ada di Kuala Ba’u tersebut, sekitar 50 meter ke arah jalan menuju pantai desa Pasie Kuala Ba’u juga terdapat sebuah Masjid Kuno dan sebuah Mon Tuha (sumur tua). Tapi sayangnya, bentuk asli dari Masjid tersebut sudah tak ada lagi dan sudah dipugar kembali menurut bentuk bangunan zaman sekarang. Namun, bekas jejak sejarahnya Cuma tinggal Sumur Tua yang dapat kita lihat sekarang ini.

Lebih jelasnya dapat dilihat di Youtube:


Disamping rumah orang tua Habib Habibi Al Mahdaly ini juga terdapat sebuah bangunan rumah tua berbentuk rumah adat Aceh, namun rumah itu sudah tak dihuni lagi dan sudah lapuk dimakan rayap. Rumah tersebut merupakan rumah peninggalan nenek moyang dari Habib Habibi yang dibangun sekitar 1937. 



Habibi menjelaskan, sebelumnya juga ada rumah adat Aceh disitu, dan lebih besar lagi, namun karena termakan usia sudah dirobohkan beberapa tahun silam.

Maka, jika kamu penasaran dengan situs sejarah tersebut, jadi berkunjunglah Kuala Ba'U Aceh Selatan....hehehe

No comments:
Write komentar

Tinggalkan Komentar!