Safrizal putra asli Sawang, Aceh Utara yang berdomisili di Pedalaman Kalimantan Barat - Foto | SerambiNews |
Sejumlah
penduduk Dusun Bagan Kusik, Desa Asam Besar, Kecamatan Manis Mata, Kabupaten
Ketapang, Kalimantan Barat (Kalbar), berkumpul di bawah tenda pada 1 September
lalu. Mereka menjadi saksi awal mula pembangunan Masjid Jami’ Miftahul Ulum.
Dalam acara yang dihadiri unsur muspika kecamatan, kepala desa, dan unsur adat, dilakukan peletakan batu pertama pembangunan masjid pertama desa tersebut.
Ternyata, di balik suksesi itu ada peran besar putra Aceh
yang bermukim di sana.
Dia adalah Safrizal, pria kelahiran 1986 di Pante Jaloh,
Kecamatan Sawang, Aceh Utara. Dalam kegiatan itu, Safrizal dipercayakan oleh
masyarakat setempat sebagai Ketua Seksi Pencarian Dana Pembangunan Masjid Jami’
Miftahul Ulum.
Selama ini, di desa itu hanya ada satu surau Nurul Jannah berukuran 6x6 meter yang untuk sementara difungsikan sebagai masjid sejak 2016.
Tapi surau tersebut saat ini tidak dapat lagi menampung
jamaah yang kian bertambah, terutama ketika shalat jumat atau hari raya.
Kepada Serambinews.com beberapa waktu lalu, Safrizal menceritakan bagaimana dirinya dipercayakan masyarakat setempat sebagai ketua seksi pencarian dana pembangunan masjid dan cara ia mengumpulkan dana.
Safrizal tinggal Dusun Bagan Kusik, salah satu dusun di Desa
Asam Besar.
Desa Asam Besar terpaut 12 kilo meter (Km) dari ibukota
kecamatan. Kondisi jalan di Desa Asam Besar jauh berbeda dengan di Aceh yang
hampir semua Lorong sudah beraspal. Di pelosok Kalbar tersebut, jalanan masih
berdebu dan berubah menjadi becek ketika musim hujan.
Safrizal datang ke sana bersama anaknya, Khairul Azzam
mengikuti istri, Desi Hendri Yani, yang lulus Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
Formasi Khusus Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI di SDN 21
Manis Mata tahun 2017.
Sehari-hari, alumnus Teknik Kimia Universitas Syiah Kuala
(Unsyiah) Banda Aceh tersebut menghabiskan waktunya dengan menjadi pengajar
Taman Pendidikan Quran (TPQ) bagi anak-anak setempat di rumahnya. Sesekali dia
juga menjadi khatib Jumat. Jika ingin ke masjid yang lebih layak, Safrizal harus ke dusun tetangga--masih
dalam satu desa--. Jarak tempuh dari kediamannya ke dusun tetangga sekitar 4 Km
dengan mengenderai sepeda motor. Itupun dalam kondisi jalan kering. Jarak
tempuh akan semakin jauh saat hujan turun.
Jauh sebelum menjadi ketua panitia pembangunan masjid, Safrizal
hanya mengikuti acara-acara keagamaan yang digelar perangkat desa. Di sana,
muslim masih minoritas. Baru para Maret 2018, ia bergabung dalam grup yasinan
dan selalu terlibat dalam berbagai kegiatan desa.
Dari situ suami Desi Hendri Yani itu mengetahui bahwa
masyarakat setempat sudah lama memimpikan berdirinya masjid di desa tersebut.
Tapi terkendala pembebasan lahan sejak September 2016. “Awal Februari 2019 saya
coba masuk ke pengurus masjid,” cerita Safrizal.
Mulai saat itu, atas kepercayaan pengurus masjid Safrizal
mencari solusi. Salah salahnya dengan menggalangdana melalui online, selain
mengajukan proposal ke sejumlah instansi pemerintah dan swasta, termasuk ke
Kementerian Agama (Kemenag) RI.
Menurut Safrizal, lahan yang harus dibebaskan seluas 6.700 meter dengan harga Rp 23.000/meter. “Saya coba meyakinkan pengurus untuk mempublikasi melalui media online, berat perjuangan pertama meyakinkannya karena saya masih orang baru,” ujarnya.
Buah usahanya berhasil. Dalam rentang waktu 45 hari,
Safrizal bersama tim kecilnya dan pengurus masjid berhasil mengumpulkan dana
pembebasan lahan untuk pendirian masjid sebesar Rp 189.000.000 sehingga bisa
membebaskan lahan 6.700 meter persegi.
“Alhamdulillah 16 Maret 2019, tanah seluas 6.700 meter
persegi yang dilelang dari awal September 2016 berhasil dibebaskan dengan harga
Rp 189.000.000. Untuk tahap selanjutnya kita akan melakukan pembangunan
masjid,” sebut dia.
Atas keberhasilan itu, kemudian masyarakat Desa Asam Besar
mengukuhkan Safrizal sebagai ketua pembangunan Masjid Jami’ Miftahul Ulum
sekaligus sebagai Ketua Panitia Hari Besar Islam (PHBI) di Desa Asam Besar.
Sejak mendapat kepercayaan itu, Safrizal membentuk berbagai program yang bisa menghasil uang. Sebab biaya pembangunan masjid mencapai Rp 1,5 miliar. Sementara dana yang tersisa saat ini hanya bisa untuk membangun beberapa tiang saja.
Beberapa program yang dirancang Safrizal seperti program
Gerakan 75.000 wakaf yang kupon wakafnya dijual dengan harga Rp 20.000. Dia
juga mengajak masyarakat untuk melakukan donasi melalui website
kitabisa.com/bantusyiarislam.
Donasi itu bisa dikirim ke nomor rekening Bank Syariah
Mandiri (BSM) 7102090677 atau Bank Kalbar 7721021216 atas nama Masjid Jami’
Miftahul Ulum. Untuk konfirmasi pengiriman melalui whatsapp Safrizal (085260568822) atau
Ahmad Yani (081253137773).
Program lain mengedarkan kotak amal hingga penggalangan dana
melalui whatsapp, facebook, Instagram, dan lainnya.
“Masjid ini ditargetkan siap tahun 2022. Saya berharap,
pemerintah bisa membantu pembangunan masjid ini,” pungkasnya.(*)
Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
ReplyDeleteSistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 8 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif :
arena-domino.net
arena-domino.org
100% Memuaskan ^-^