Tgk. H. Mukhlis Al-Yusufy atau yang akrap disapa dengan panggilan Abungoh merupakan Putra Kedua alm. Abu Daud Teupin Gajah (Tgk. H. Mhd. Daud Al-Yusufy) Pendiri Dayah Madinatuddiniyah Babussa’adah Teupin Gajah Kecamatan Pasie Raja Kabupaten Aceh Selatan.
Beliau Lahir di Krueng
Kalee 21 September 1971. Mengawali pendidikan agama pada orang tuanya Abu
sampai usia tamat SD.
Setelah menamatkan bangku SD tahun 1985
beliau mulai bergabung mengaji di MTI (Rumoh Sikula Agama) yang kala itu sudah
dipimpin oleh alm. Abu Daud Teupin Gajah, kemudian MTI tersebut berubah Menjadi
Asrama Santri Wati Dayah Babussa’adah.
Abungoh tergolong cerdas, diumur 14
tahun tepatnya tahun 1985 - 1987 beliau sudah mulai menjadi dewan guru dan
mengajar orang seumuran dengannya di MTI Babussaadah, banyak kawan
seangkatannya mengakuai kepintaran Abungoh, baik disekolah ataupun dipesantren
beliau selalu juara kelas.
Pada tahun 1987 Alm. Abu memutuskan
mengantarkan Abungoh melanjutkan pendidikan ke Dayah Darussalam Labuhanhaji
Aceh Selatan, kala itu dayah Darussalam dibawah Pimpinan Abuya Nasir Waly, Lc.
Abungoh lumayan lama di Dayah Darussalam, disini beliau juga sudah menjadi
dewan Guru, ia ikut mengajar dan mengaji langsung pada pimpinan dayah
Darussalam Abuya Nasir Wali. Sambil mengaji Abungoh menjual kitab untuk para
santri, jiwa dangannya terwarisi dari Alm. Abu (Ayahnya), Alm. Abu Daud saat
mondok juga menjual kitab-kitab pada para santri.
Baca Juga : Jejak Abuya Nasir Waly, Sang Ulama Santun yang Menolak Berbagai Jabatan Pemerintahan
Setelah di Dayah Darussalam Abungoh
melanjutkan pendidikan ke Dayah Babussalam Blang Bladeh Bireuen, pimpinan Abu
Tumin (Tgk. H. Muhammad Amin), di dayah Babussalam Abungoh menjadi santri senior,
ia menjadi tangan kanan Abu TU kala itu, Abungoh juga menjabat sebagai ketua
Umum di dayah Blang Bladeh sampai beberapa priode.
Dayah Babussalam merupakan salah satu
dayah terbesar di Aceh, ribuan santri mondok disana, banyaknya jumlah santri
dijadikan kesempatan oleh Abungoh untuk menjual Kitab, ia membuka sebuah kios
dan menjual berbagai buku agama dan kitab-kitab untuk para santri, usahanya
lumayan sukses dan berkembang.
Setelah menjadi seorang ulama muda,
Abungoh masih tetap di Dayah Babussalam Blang Bladeh, memiliki ilmu yang
matang, akhirnya beliau mendapat izin dari Abu Tu untuk mengembangkan ilmunya
ketengah masyarakat, namun ia belum merasa puas menuntut ilmu, dan memutuskan
tidak kembali ke kampung, tapi melanjutkan lagi pendidikan Kenegeri Yaman.
Melanjutkan Pendidikan Ke-Yaman
(Negerinya Imam Syafi’i)
Mendapat izin dari Guru dan kedua orang
tua menjadi modal besar untuk Abungoh menuju Negara Yaman, beliau menjual semua
kitab dagangannya untuk modal ke Yaman, niat dan tekat bulatnya ini tidak lebih
semata karena ilmu pengetahuan, dan mencari keberkahan dimana Negeri Yaman
adalah tempatnya para ulama, dan tempatnya Imam Mazhab kita (Imam Syafi’i).
Motivasi ini mengatarkan Abungoh kenegeri Seribu Wali ini.
Di Yaman Abungoh memilih Pesantren di
Hudaidah, sebuah kota yang berkembang di Yaman, disana beliau mendalami ilmu
Al-Quran, Hadits dan Tasauf (ilmu thariqat). Dari Yaman Abungoh menunaikan Haji
pertama kali, beliau dan kawan-kawan dari berbagai Negara berlayar menyeberangi
laut merah menuju Mekah Mukarramah untuk melaksanakan rukun Islam yang kelima.
Sekembalinya dari Timur Tengah beliau
berencana kembali lagi ke dayah Babussalam Blang Bladeh, melihat semangat
menuntut ilmu yang tidak padam, timbul kecemasan dari Nyak (Ibunya), melihat
Abungoh masih belum berencana untuk berkeluarga. Akhirnya Alm. Abu dan Nyak
memutuskan meminang seorang Putri Syek Abdurrauf cucu Abuya Muda Wali
Al-Khalidi Darussalam cucu Ulama Karismatik Aceh Pendiri Dayah Darussalam
tempat ia mengaji sebelumnya.
Setelah berkeluarga Abungoh mengajar di
Dayah Darussalam, kemudian Alm. Abu meminta Abungoh kembali ke Dayah Babussa’adah
untuk memimpin Dayah Putri, dibawah kepemimpinan Abungoh, Dayah Putri
berkembang pesat, dan memiliki lokasi kusus yang luasnya hampir sama dengan
dayah Putra Babussa’adah yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Dayah
Madinatuddiniyah Nurul Fata, dan beliau menjadi pimpinan Dayah tersebut mulai
pada tahun 2010 sampai dengan sekarang.
Disamping mejadi pimpinan Dayah Nurul
Fata, Abungoh melanjutkan mengasuh Majlis Ta’lim peninggalan Alm. Abu, ada 23
Majlis Ta’lim yang tesebar mulai dari Aceh Selatan sampai ke Aceh Tenggara,
kini majelis Ta’lim tersebut mulai bertambah hapir mencapai 30 tititik dibawah
kepemimpinannya terus berkembang, Abungoh Juga memimpin Sulok dan Tawajuh
Thariqat Nasyabandiyah di Dayah Babussa'dah Gampong Teupin Gajah.
Atas keilmuan serta dedikasinya terhadap
perkembangan Dayah Babussa’adah, oleh para Alumni mempercayainya sebagai salah
satu dewan Pembina IKABAS (Ikatan Alumni Babussa’adah) sebagai Wakil Ketua
pembina dibawah Al-Fadhil. Abucek (Tgk. Safruddin Al-Yusufy), yang tidak lain
merupakan Abang Kandungnya. *(AY)
*Penulis : Ayah Ilham (Tgk. Ilham Mirsal S.Pd.I, MA
No comments:
Write komentarTinggalkan Komentar!