Saturday, June 13, 2020

Rapid Test VS PKI


)*oleh : Ilham Mirsal S.Pd.I MA (Ayah Ilham)
Saya justru tidak menemukan korelasi keduanya.
Sebaiknya kita jangan terpancing apa lagi termakan issue yang berlebihan, karena semuanya belum tentu kebenarannya.
Pengguna media yang bijak adalah mereka yang mau berfikir kritis, berpikir yang sistemik, berpikir cerdas,tidak mudah termakan hoax.
Sehingga kita tidak latah dalam mengkonsumsi informasi publik yang kadang kala hanya dibangun atas kepentingan, atau malah dibangun oleh anak-anak yang putus sekolah dan tidak memiliki pendidikan sama sekali.
"Toh itu bisa saja terjadi" karena media hari ini dimanfaatkan oleh setiap kalangan, sampai pada mereka yang pengangguran.
Pemikiran kritis dalam Islam dikenal dengan TABAYYUN , agama sudah mengajarkan umat nya dengan konsep kritis / tabayun, yaitu mengkoreksi kembali apa yang kita terima, tidak serta merta menerima dengan mentah.
Dalam fiqah misalnya, untuk menjadi saksi saja harus ada dua orang laki (pendapat Imam Syafi'i), dengan berbagai syarat dan sndar saksi yang ada, jika kurang dari syarat maka akan disumpahkan lagi untuk menguatkan argumentasi yang ada.
Jadi Islam tidak mengajarkan umatnya latah dan cepat termakan hoax.
Sekarang banyak orang sedang meng-opini-kan Rapid Test sebagai misi PKI, yang kita tidak tau asalnya dimana, padahal hampir setiap negara melakukan Rapid Test untuk masyarakatnya, "walau kita anggap Rapid Test memang pemborosan untuk wilayah hijau seperti wilayah kita (Aceh)".
Saya kira PKI tidak sedang menguasai dunia, bahkan sejarah saja mencatat PKI kalah menguasai bangsa kita, karena Indonesia mempunyai ideologi agama dan Pancasila yang kuat, dan mayoritas kita anti PKI.
Ideologi ini menjadi modal kuat untuk jaminan kelangsungan berbangsa dan bernegara tetap terjaga dari misi PKI, apa lagi kita punya prajurit TNI yang kuat dan perkasa, saya masih optimis bangsa kita tetap utuh dari penguasaan PKI.
Jika Rapid Test adalah misi PKI, apakah kader PKI sudah memiliki vaksin khusus untuk ini, Dimana setelah mereka sebar virus covid 19, dan berkembang biak ditengah masyarakat, kemudian mereka kebal dari virus ini?????
Bukankah, virus Corona ini sifatnya menular dengan cepat, jika satu kena, maka akan terus menjalar ke siapa saja, bahkan dia tidak kenal mereka PKI atau bukan????
Karena sumber intelijen dan pakar lainnya, mengatakan kader PKI berbaur disetiap kalangan, karena mereka yang paham komunis ada dalam unsur masyarakat kita.
NAH, jika dalam Rapid Test ada virus maka saya kira semua kader PKI juga akan terpapar, betulkan?????
Saya sepakat kita jangan terpopokasi dengan issue murahan, karena pemikiran secamacam ini lahir dari pikiran sekelas "Abuhiek Ureung Gasin" yang tidak paham agama dengan baik.
Mari bangun kepercayaan pada pemerintah kita, kususnya pemerintah Aceh. Saya kira mereka tidak akan membunuh masyarakatnya, dimana di Aceh banyak saudara dan anak keturunan nya.
Kemudian, issue PKI ini sudah berulangkali dibangun untuk memecah belah kan bangsa ini, bukan kah saat Pilpres berlangsung issue ini juga digulirkan, tapi pada akhirnya mereka yang dituduh dan yang menuduh sekarang bersatu hanya gara-gara kepentingan dan jabatan?
Untuk itu, di Aceh khususnya, hendaknya kita tabayun diutamakan, kembali pada ajaran agama dan kembali pada Ulama sebagaimana Aceh punya kekususan Tetang ULAMA kita, dimana setiap kebijakan pemerintah didalamnya terlibat Ulama.
Dan, pada guru-guru kami pimpinan Dayah, hendaknya jangan terlibat dalam penyebaran berita yang belum tentu kebenarannya, karena umat sangat cepat mengikuti apa yang ulama Dayah sampaikan, apa lagi terlibat dalam bahasa langsung memvonis si A atau si B adalah PKI, ini sangat keliru.
Karena di atas para pimpinan Dayah, masih ada ulama sepuh yang Karismatik, yang setiap tahunnya sebanyak 30 orang Ulama kita dijadikan penasehat pemerintah Aceh, hendaknya kita tidak mendahului mereka.
Wallahu'alam....

)*Penulis : (Alumni Dayah dan Dosen Stai Tapaktuan)

No comments:
Write komentar

Tinggalkan Komentar!