Cukupkah Anda Dibayar 100 Ribu Selama 5 Tahun?
PESTA RAKYAT sudah di depan mata tepat 17 April 2019, sudah
adakah pilihan tepat anda untuk wakil rakyat satu periode 5 tahun kedepan?
Setidaknya tentukan pilihan bijak anda untuk mereka yang lagi berjuang sebagai
wakil rakyat mampun pemimpin kalian.
Pesta Rakyat tahun 2019 kali ini cukup heboh, fasalnya
selain pemilu wakil rakyat juga dibarengi dengan pemlihan presiden dan wakil
presiden. Benar-benar ini tepat dinamai dengan pesta rakyat, tentunya ini
sebuah momentum besar sekali dalam lima tahunan. Yach...pastinya kalian para
pemilih pasti sedang melihat dan menerawang angka berapa???opp.. salah
maksudnya piih siapa???(canda)hehehe
Ilustrasi money politics |
Tiap daerah pasti banyak bertaburan poster atau baliho
sebagai APK (Alat Peraga Kampanye) para caleg (calon legislatif), mulai dari
DPRK(DPRD II), DPRA (DPRD I), DPR RI, DPD dan bahkan sampai dengan calon
presiden dan wakil presiden pun juga tak juga ketinggalan. Sudah barang tentu
kan bingung mau pilih siapa? Tapi tak usah ambil pusing dan galau ya...kan
sudah ada harga dan tarifnya tu...berapa pasaran untuk pilih mereka, namanya
juga pesta rakyat hehehe.
Lagian hal semacam ini pun sudah menjadi rahasia umum,
bahkan setingkat Dewan kabupaten saja mereka dari sekarang sudah menentukan
tarifnya berapa, maklum lah banyak saiangan dan dari sekarang mereka pun sudah
menyeleksi pemilih pasti...hehehe. Bukan buka rahasia ya, tapi sudah sering
terdengar tuch.
SUDAH Tau Kah Anda Dampak dari Money Politics (Poltik Uang)?
Kalau belum tau baca terus artikel ini sampai habis, (sok
ngajarin) hehe.
Jangan sampailah dengan kesalahan satu hari kerugian nya itu
mesti dibayar lima tahun, coba anda
pikirkan misalkan ada yang membayar anda
100 ribu, kalau dibagikan itu berapa dalam 5 tahun?
5 tahun itu ada 60 bulan = 100.000 : 60 = Rp 1.666 berarti
kalau dirinci 1 bulan itu 1.666 rupiah
5 tahun itu ada 1.825 hari = 100.000 : 1.825 = Rp 54,
berarti kalau dirinci selama 1 hari 54 rupiah
Nah, begitu harga diri kalian dihargai oleh mereka yang
menipu rakyat, setelah mereka menghamburkan uang itu jangan pernah harap
maereka akan melihat kalian lagi, ya pastinya mereka akan membalikkan modal
dulu lah, berapa uang dan harta yang sudah mereka peraruhkan untuk mendapatkan
sebuah kursi empuk dalam ruangan ber AC. Setidaknya kalau sudah balik modal, pastinya
cari laba, hal semacam ini memang sudah menjadi peluang bisnis bukan lagi
mengahdalkan funsi mereka sebagai wakil rakyat. Maka tak heran kalau kita lihat
ada sebagian setelah pemilu ada juga caleg itu harus berobat kerumah sakit
jiwa...hehehe.
Pernahkah kalian dengar ceramah penda’i kondang yang lagi
viral yaitu Ustadz Abdul Somad beliau selalu memperingatkan akan hal bahayanya ‘Money Poliics’, yang sangat berkesan
dari isi ceramahnya kira-kira begini isi : “Ambil
uangnya dan jangan coblos orangnya...” tapi ada sambungannya juga ya, “ambil uangnya sedekahkah ke masjid...”. Dapat
kita simpulkan jika ada para caleg yang ingin memberikan uang alias membeli
suara kita, uangnya silahkan ambil tak masalah, dengan catatan jangan pula
orangnya dicoblos, uang tersebut jika kita makan pun akan ikutan haram..,
makanya beliau sarankan sedekahkan ke masjid...hehehe. Perlu diketahui pemberi
sogok dan penerima itu sama dosanya dihadapan Allah Ta’ala.
Dampak dari money
politics ini juga juga akan akan melahirkan para koruptor baru di negeri
kita ini. Maka jika ingin negeri kita ini bebas dari mereka para koruptor,
basmilah money plitics dalam Pileg
tahun 2019 ini.
Kasus serupa pun baru-baru ini juga telihat pada pemilihan
kepala daerah, bahkan ada satu kabupaten di Aceh sudah dinamakan gelar bupatinya
dengan sebutan ‘bupati 100 ribu’, ya kalian pikirkanlah sendiri tak perlulah
kita sebutkan disini. Akibat hal semacam ini terjadi imbasnya sangat besar
sekarang ditahun 2019 ini, bahkan di kalangan masyarakat kecil pun sudah pandai
menentukan harga untuk satu suara, siapa yang banyak memberikan uang maka dia
yang akan dipilih. Dalam hal ini bukan salah mereka, akan tetapi yang salah
mereka yang sudah memanjakan suara dengan uang warna merah tersebut. Maka money
suda menjadi tradisi dan budaya di era modern ini, bahkan sudah ada kalimat
masyhul sekarang ini dalam kalangan masarakat kira-kira begini katanya ‘’ada
uang, ada suara’’.
Sebenarnya kunci pembasmi hal ini ada pada kita yang
memilih, kalau kita biarkan ya akan jadi budaya, maka sebelu terlambat pada 17
April 2019 ini datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) pilihlah mereka yang
benar-benar bersih dan memang niat mereka mau mejadi wakil kita di legeslatif.
Terus mengenai pemiihan presiden dan wakil presiden pilihlah mereka peduli rakyat
rakyat, agama dan ekonomi harus bisa mereka perbaiki yang sudah amburadul
sekarang ini.
Demikianlah opini mengenai bahaya money politics, semoga dapat bermamfaat bagi kita semua.
(Dalam artikel ini bukan maksud menyudutkan, bahkan apa yang
tertulis sesuai dengan kenyataan riil yang terjadi dewasa ini. Dan mohon maaf jika ada
kekeliruan atau ada salah dalam penulisan, Wassalam).
No comments:
Write komentarTinggalkan Komentar!