Thursday, July 11, 2019

Begini Bentuk Peta Dunia Islam di Asia Tenggara, Tahun 1850





Peta Dunia Islam di Asia Tenggara, 1850. 
FOTO | Mapesa Aceh
SEBUAH proyek riset bertajuk "Islam, Trade and Politics across the Indian Ocean" yang didukung oleh British Academy selama periode 2009 – 2012, telah berhasil menyiarkan beberapa dokumen penting berkaitan dengan sejarah Aceh Darussalam dalam abad ke-13 Hijriah (ke-19 Masehi). 

Dokumen-dokumen tersebut terutama terkait surat-surat dan perutusan Sri Paduka Sultan Manshur bin Jauharul 'Alam Syah, Sultan Aceh, ke Istanbul pada permulaan paruh kedua abad ke-13 Hijriah (ke-19 Masehi).

Di antara dokumen penting yang disiarkan oleh proyek riset tersebut adalah sebuah peta yang menggambarkan kawasan Asia Tenggara mulai Sumatra di barat sampai Maluku di timur dengan mengikutkan dataran semenanjung Melayu di dalamnya.

Peta ini dibubuhi tanda tangan dan cap Muhammad Ghauts Saiful 'Alam Syah, duta yang membawa misi dari pihak Sri Paduka Sultan Manshur Syah ke berbagai negara sahabat. Lain itu, bunga kompas yang khas Aceh semakin memperjelas bahwa peta itu memang datang dari pihak Aceh. Namun demikian, peta Muhammad Ghauts Saiful 'Alam Syah lebih merupakan peta politis daripada peta geografis sebagaimana lumrahnya.

Tanda tangan dan cap Muhammad Ghauts Saiful 'Alam Syah.
Duta yang membawa misi Sultan Manshur ke Istanbul. FOTO | Mapesa Aceh



Peta ini dalam konteks situasi pada saat ia dibuat tampaknya telah ditujukan untuk menggambarkan wilayah-wilayah Islam di Asia Tenggara di mana Sri Paduka Sultan Manshur Syah telah mengajukan dirinya sebagai pelindung dan pembela wilayah-wilayah itu dari penindasan imperialisme Eropa. 

Solidaritas Islam dan kesadaran akan pentingnya persatuan umat Islam (Wahdatul Ummah Al-Islamiyyah) mulai bangkit dan disadari sebagai sebuah respon yang paling logis dan mutlak dalam rangka membebaskan Ummah dari kungkungan imperialisme. Demi memperluas kesadaran dan keyakinan inilah, peta tersebut telah dibuat sehingga tampak jelas seberapa luas dan berat tanggung jawab yang harus diemban oleh para pemimpin Ummah, dan betapa berbagai bantuan menjadi sesuatu yang sangat diharapkan.


Peta itu merilis sekian banyak nama bandar (pelabuhan) dan wilayah di Asia Tenggara sembari menunjukkan keletakannya, untuk memperjelas secara konkrit apa sesungguhnya yang telah menjadi tanggung jawab salah seorang pemimpin Ummah, Sri Paduka Sultan Manshur Syah, dari Aceh Darussalam.

Selain menyebutkan bandar-bandar yang langsung berada di bawah kendali Sultan Aceh Darussalam, peta itu juga menyingkapkan wilayah-wilayah atau negeri-negeri yang berada di bawah kendali para penguasa (sultan), yang dalam waktu yang sama, mereka adalah para mentri atau wakil Sri Paduka Sultan Manshur Syah, Sultan Aceh, di negeri mereka masing- masing. Untuk Aceh sendiri disebut dengan Bandar Aceh Darussalam, Kursiy Syah Manshur.

Peta Dunia Islam di Asia Tenggara, 1850. 
FOTO | Mapesa Aceh


Negeri-negeri di mana sultannya merupakan wazir atau menteri Sri Paduka Sultan Manshur Syah sebagaimana ditunjukkan dalam peta ini ialah:

Minankabau, Wazir Syah Manshur.
Bandar Dayik, ,Wazir Syah Manshur Aceh.
Bandar Salanggor (Selangor), Wazir Syah Manshur Aceh.
Bandar Qadah (Kedah), Wazir Syah Manshur Aceh.
Bandar Patani, Wazir Syah Manshur Aceh.
Bandar Ki/Kalantan, Wazir Syah Manshur Aceh.
Bandar Tranganun (Trenggano), Wazir Syah Manshur Aceh.
Bandar Pahan (Pahang), Wazir Syah Manshur Aceh.
Bandar Banjar, Wazir Syah Manshur Aceh.
Bandar Buni (Bone), Wazir Syah Manshur Aceh.
Bandar Samarang, Wazir Syah Manshur Aceh.
Bandar Bali, Wazir Syah Manshur Aceh.


*) Materi ini dipamerkan di stand Wali Nanggroe pada acara Sail Sabang 2017. Kerjasama Lembaga Wali Nanggroe dengan Pengurus Mapesa
Dikutip dari group Mapesa.
Sumber: Mapesa Aceh

No comments:
Write komentar

Tinggalkan Komentar!