Peta Dunia Islam di Asia Tenggara, 1850.
FOTO | Mapesa
Aceh
|
SEBUAH proyek riset bertajuk "Islam, Trade and Politics across the
Indian Ocean" yang didukung oleh British Academy selama periode 2009 –
2012, telah berhasil menyiarkan beberapa dokumen penting berkaitan dengan
sejarah Aceh Darussalam dalam abad ke-13 Hijriah (ke-19 Masehi).
Dokumen-dokumen tersebut terutama terkait surat-surat dan perutusan Sri Paduka
Sultan Manshur bin Jauharul 'Alam Syah, Sultan Aceh, ke Istanbul pada permulaan
paruh kedua abad ke-13 Hijriah (ke-19 Masehi).
Di antara dokumen penting yang disiarkan oleh proyek riset tersebut adalah
sebuah peta yang menggambarkan kawasan Asia Tenggara mulai Sumatra di barat
sampai Maluku di timur dengan mengikutkan dataran semenanjung Melayu di
dalamnya.
Peta ini dibubuhi tanda tangan dan cap Muhammad Ghauts Saiful 'Alam Syah,
duta yang membawa misi dari pihak Sri Paduka Sultan Manshur Syah ke berbagai
negara sahabat. Lain itu, bunga kompas yang khas Aceh semakin memperjelas bahwa
peta itu memang datang dari pihak Aceh. Namun demikian, peta Muhammad Ghauts Saiful
'Alam Syah lebih merupakan peta politis daripada peta geografis sebagaimana
lumrahnya.
Tanda tangan dan cap Muhammad Ghauts Saiful 'Alam Syah.
Duta yang membawa misi Sultan Manshur ke Istanbul.
FOTO | Mapesa Aceh
|
BACA JUGA : Mengenal Sultan 'Ali Mughayat Syah, Pelopor Kebangkitan Kesultanan Aceh Darussalam dan Sebagai Pemimpin Umat
Peta ini dalam konteks situasi pada saat ia dibuat tampaknya telah
ditujukan untuk menggambarkan wilayah-wilayah Islam di Asia Tenggara di mana
Sri Paduka Sultan Manshur Syah telah mengajukan dirinya sebagai pelindung dan
pembela wilayah-wilayah itu dari penindasan imperialisme Eropa.
Solidaritas
Islam dan kesadaran akan pentingnya persatuan umat Islam (Wahdatul Ummah
Al-Islamiyyah) mulai bangkit dan disadari sebagai sebuah respon yang paling
logis dan mutlak dalam rangka membebaskan Ummah dari kungkungan imperialisme.
Demi memperluas kesadaran dan keyakinan inilah, peta tersebut telah dibuat
sehingga tampak jelas seberapa luas dan berat tanggung jawab yang harus diemban
oleh para pemimpin Ummah, dan betapa berbagai bantuan menjadi sesuatu yang
sangat diharapkan.
Peta itu merilis sekian banyak nama bandar (pelabuhan) dan wilayah di Asia
Tenggara sembari menunjukkan keletakannya, untuk memperjelas secara konkrit apa
sesungguhnya yang telah menjadi tanggung jawab salah seorang pemimpin Ummah,
Sri Paduka Sultan Manshur Syah, dari Aceh Darussalam.
Selain menyebutkan bandar-bandar yang langsung berada di bawah kendali
Sultan Aceh Darussalam, peta itu juga menyingkapkan wilayah-wilayah atau
negeri-negeri yang berada di bawah kendali para penguasa (sultan), yang dalam
waktu yang sama, mereka adalah para mentri atau wakil Sri Paduka Sultan Manshur
Syah, Sultan Aceh, di negeri mereka masing- masing. Untuk Aceh sendiri disebut
dengan Bandar Aceh Darussalam, Kursiy Syah Manshur.
Peta Dunia Islam di Asia Tenggara, 1850.
FOTO | Mapesa Aceh
|
Negeri-negeri di mana sultannya merupakan wazir atau menteri Sri Paduka
Sultan Manshur Syah sebagaimana ditunjukkan dalam peta ini ialah:
Minankabau, Wazir Syah Manshur.
Bandar Dayik, ,Wazir Syah Manshur Aceh.
Bandar Salanggor (Selangor), Wazir Syah Manshur Aceh.
Bandar Qadah (Kedah), Wazir Syah Manshur Aceh.
Bandar Patani, Wazir Syah Manshur Aceh.
Bandar Ki/Kalantan, Wazir Syah Manshur Aceh.
Bandar Tranganun (Trenggano), Wazir Syah Manshur Aceh.
Bandar Pahan (Pahang), Wazir Syah Manshur Aceh.
Bandar Banjar, Wazir Syah Manshur Aceh.
Bandar Buni (Bone), Wazir Syah Manshur Aceh.
Bandar Samarang, Wazir Syah Manshur Aceh.
Bandar Bali, Wazir Syah Manshur Aceh.
*) Materi ini dipamerkan di stand Wali Nanggroe pada acara Sail Sabang
2017. Kerjasama Lembaga Wali Nanggroe dengan Pengurus Mapesa.
Dikutip dari group Mapesa.
Sumber: Mapesa Aceh
No comments:
Write komentarTinggalkan Komentar!