Thursday, March 26, 2020

Cut Nur Asikin, Singa Betina yang Tak Henti Berjuang Untuk Rakyat Aceh

Cut Nur Asikin adalah tokoh perempuan Aceh yang dikenal vokal ketika Aceh masih dalam kecamuk perang. Ketika SU-MPR (tuntutan referendum) 1999 ia tampil dan berorasi dengan berapi-api.

Ia memang layak dijuluki singa podium. Singa betina yang tak pernah ragu mengekspresikan kegelisahan yang dialami orang Aceh atas tindak kekerasan yang berkepanjangan. 

Sejak saat itu semua mata meliriknya, siapa gerangan perempuan yang berani-beraninya berorasi di depan jutaan orang Aceh ini.

Ketika Aceh diberlakukan Darurat Militer pada tahun 2003. Nama Cut Nur Asikin kembali muncul ke permukaan.

Tepat pada hari ketiga pemberlakuan darurat militer Sang Singa Betina ditangkap oleh aparat negara. Dia ditangkap di Hotel Rajawali miliknya. Sebelumnya dilaporkan beberapa anggota perunding Gerakan Aceh Merdeka menghilang dari Hotel tersebut.


Ia divonis 14 tahun penjara karena dianggap melakukan makar. Bukan hanya itu ia juga dituduh menyebarkan permusuhan kepada pemerintah dan menghasut masyarakat untuk menggelar referendum. 

Aktivitas seperti itulah yang pada akhirnya menjebloskannya ke dalam penjara di kawasan Lhoknga.

Pada akhir 2004 Tsunami datang menjemput nyawanya. Srikandi Aceh ini termasuk salah satu dari ratusan ribu korban musibah Tsunami yang melanda Aceh. 

Sejak saat itu namanya sudah jarang terdengar karena ia sama sekali tak pernah menikmati MoU Helsinki yang ditandatangani oleh kedua belah pihak yang bertikai pada pertengahan 2005.

Irwandi Yusuf, pernah menulis tentangnya ketika mereka masih ditahan dalam penjara (Irwandi di LP Keudah, Cut Nur Asikin di Rutan Lhoknga). Mereka sering berkomunikasi via handphone selundupan.

Sampai saat menjelang Tsunami melanda Aceh ia kembali memastikan kepada Irwandi bahwa ia masih dianggap sebagai anggota GAM oleh pimpinan Swedia.

Sosok Cut Nur Asikin adalah perempuan hebat yang pernah dimiliki Aceh.

No comments:
Write komentar

Tinggalkan Komentar!